Rajin pangkal bersih

Bibir tersenyum lebar, mata terbelalak seakan tak percaya dengan hal yang barusan terjadi. Sebuah maha karya agung tercipta, bersih, dilihat menyenangkan, tertata, dan teratur. Tanpa ada suatu perintah yang biasa terdengar di telinga kanan dan keluar di hidung sebelah kiri.

“Wah, bangganya!”

Itulah kalimat-kalimat yang seakan memuji diri sendiri terus bertebaran dalam hati, menyebar lewat nadi, berpapasan dengan darah, dan keluar lewat keringat. Bisa di bilang, hal ini membuat hidup terasa berbeda, yang biasanya tak sedap di pandang mata. Bahkan, mata jempol kakiku ini enggan untuk sedikit menyipitkan penglihatannya ke arah sekitar. Inginku beritahu perihal sebenarnya terjadi pada khalayak ramai bahwa: