Banyak manusia menemukan jalan hidupnya pada keterkaitan yang tak terkira, dengan berusaha menjadi sesuatu yang terbaik pada setiap tingkah laku dan tutur kata. Ramadhan kali sungguh indah, diisi oleh sanubari setiap insan untuk sepenuhnya melaksanakan ibadah yang di ridho’i di jalan Allah. Indahnya ramadhan bersama orang-orang tercinta, indahnya ramadhan dengan perasaan sabar menahan segala goda’an keduniawian, sebulan saja sudah cukup menjernihkan atas apa yang kita perbuat berupa kesalahan-kesalahan yang lalu. Apakah bakal kita sadari, mana yang sengaja maupun tidak disengaja kita lakukan dan telah bernilai dosa. Kita tak pernah mengetahui sejatinya itu. Hampir sama dengan pahala yang kita punya. Selama masih melaksanakan tanggung jawab untuk hidup di dunia, hasil amal tersebut tidak akan pernah di ketahui manusia secuilpun sampai ajal menjemput.
Anugerah terindah dan patut untuk di syukuri saat ini adalah dapat merasakan datangnya bulan ramadhan kali ini, ada penantian panjang manusia untuk sampai ke tahap seperti yang kita rasakan sekarang dan dengan perasaan yang berbeda-beda pula. Ada yang senang sewaktu menanti bulan ramadhan ini hingga memasukinya, ada yang biasa saja karena tidak merubah apapun, yang sukanya makan ya tetap bisa makan sebab memang tidak ada keinginan untuk berpuasa, yang sukanya gosip tetap aja rasan-rasan (membicarakan perihal orang lain), yang sukanya melihat aurat wanita yang bukan muhrim, masih saja belum menjaga pandangan ketika ada akhwat yang lewat di depan ikhwan sekalian. Ya memang bukan salah kaum lelaki sepenuhnya juga, banyak sekali wanita yang masih mengenakan pakaian serba minim bahan sehingga terdapat lekukan dan juga secuil bagian tubuh yang bisa dilihat orang lain. Dan masih banyak lagi macamnya apa yang di rasakan manusia mengenai datangnya bulan suci ramadhan.
Sebagai manusia yang biasa saja di mata orang lain dan Allah SWT (menurut aqli sendiri), saya hanya menerapkan satu amalan di bulan puasa yang disini dengan menahan lapar dari mulai terbit fajar hingga terbenam. Kandungan sejati berpuasa belum saya laksanakan dan terapkan dalam kehidupan, mulai apa sebenarnya makna puasa yang kita jalankan, menjaga pandangan kepada yang bukan muhrim (saya termasuk cowok yang jelalatan kalau lihat yang bening-bening, hadewh), menjaga perkataan untuk tidak membicarakan aib seseorang dan perkataan lain yang tak terkontrol ataupun kurang sopan, tingkah laku yang sak karepe dewe, kadang sedikit-dikit masih suka bohong demi menjaga kerahasiaan sesuatu. Ya begitulah, perasaan untuk terus intropeksi diri seakan wajib ada selama masih menginjakkan kaki di atas bumi-Nya.
saya (tukang sapu ijuk karbitan) bersama temen KPM & ustad wahyu sehabis bersih-bersih di masjid islamic centre slahung
Untuk ubudiyah di ramadhan kali ini terasa belum ada peningkatan, masih saja jarang nderes qur’an, sampai saat ini belum menyentuh air wudlu untuk menjalankan sholat tahajud, apalagi sholat dhuha yang selama ini saya planning ternyata bisa dihitung berapa kali saya lakukan. Intropeksi diri yang panjang dalam daftar kebaikan yang tak terlaksana, hehe. Yang jelas, walau banyak kekurangan diri saya dalam menjalankan ibadah dibulan suci ini, saya anggap ramadhan kali ini adalah ramadhan yang penuh berkah dan menarik daripada ramadhan-ramadhan sebelumnya dimana saya beserta beberapa teman seakademisi di kampus melaksanakan kegiatan KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) yang sedikit berbeda versi dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di salah satu desa di ponorogo dan merasa dekat dengan seseorang untuk bertukar fikiran mengenai pengalaman hidup juga harapan (Aneh, bukannya deket sama Tuhan malah makhluknya. Heleh). Berusaha mencari apa makna yang terkandung setiap kali memasuki bulan suci ini dan terus menggali segala kebajikan yang dapat di laksanakan ditiap detik peristiwa. Semoga kita semua, kaum muslimin & muslimat, mendapat keberkahan menjalani puasa di bulan ramadhan yang penuh rahmat dan maghfirohnya.